Pertumbuhan ekonomi yang terjadi akan
dapat mempengaruhi jumlah angkatan kerja dan tingkat pengangguran. Pengaruhnya
positif yaitu dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi maka akan mengurangi
tingkat pengangguran dan meningkatkan pendapatan perkapita. Hal ini akan
mendorong hasrat keluarga untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi menjadi besar. Dengan demikian proporsi penduduk yang tidak
termasuk angkatan kerja dalam usia kerja meningkat.
Perkembangan angka kemiskinan baik
jumlah maupun persentasenya penduduk miskin Indonesia sejak tahun 1976 sampai
dengan tahun 2011 telah menunjukan tren penurunan yang cukup siginifikan. Pada
tahun 1976, ada 40% atau sekitar 54 Juta penduduk Indonesia berada di bawah
garis kemiskinan. Pada tahun 1996 atau selama 2 dekade jumlah penduduk miskin
berkurang menjadi 22,5 juta jiwa (13,7%). Pada tahun 1998 setelah krisis
enonomi penduduk miskin meningkat menjadi 49,5 juta jiwa (hampir 25%) pada
tahun 1998.
Secara nasional penduduk miskin yang masih dibawah
garis kemiskinan pada bulan Maret 2011 adalah 30,02 juta jiwa (12,49%), jika
dibandingkan dengan bulan Maret 2010 yaitu 31.02 juta jiwa (13,33%) maka telah
terjadi penurunan jumlah penduduk miskin secara sangat signifikan yaitu sekitar
1 juta jiwa atau telah terjadi penurunan angka kemiskinan sekitar 0,84%. Pada
periode 2005-2009 angka kemiskinan menurun antara 1.16 sampai 1,27 persen per
tahun dan mampu mengentaskan hampir 7 juta jiwa dari kemiskinan selama periode
tersebut.
Faktor pemicu meningkatnya jumlah pengangguran dikarenakan banyaknya terjadi
urbanisasi yang mengakibatkan pengangguran di kota lebih besar dibandingkan
dengan pengangguran di pedesaan. Keadaan ini ada kaitannya dengan jenis
pekerjaan di pedesaan yang umumnya adalah pekerjaan informal sedangkan di
perkotaan adalah pekerjaan formal sehingga tidak mudah bagi seseorang untuk
mendapatkan pekerjaan. Ketidakpastian keterampilan dan pendidikan juga
faktor lain pemyebab tingginya pengangguran yang terus mengalami peningkatan.
Mereka
umumnya tinggal di permukiman kumuh yang rawan terhadap penyakit sosial
lainnya, seperti prostitusi, kriminalitas, pengangguran. Berikut sedikit
penjelasan mengenai kemiskinan yang sudah menjadi dilema mengglobal yang sangat
sulit dicari cara pemecahan terbaiknya.
Penurunan angka kemiskinan yang
signifikan tersebut karena pemerintah telah menyusun dan merumuskan
program-program penanggulangan kemiskinan yang bersifat keberpihakan (affirmative)
kepada masyarakat miskin. Sebagai program-program strategis dalam
penanggulangan kemiskinan.
A.
Program-Program Penanggulangan
Kemiskinan
Program-program kemiskinan dibagi
menjadi 4 (empat) untuk mempertajam focus pelaksanaan program penanggulangan
kemiskinan yaitu:
1. Program Bantuan Sosial dan Jaminan Sosial,
yang dilaksanakan dengan tujuan mengurangi beban masyarakat dan keluarga miskin
dalam pemenuhan kebutuhan dasar melalui peningkatan akses pelayanan dasar
antara lain melalui makanan, kesehatan dan pendidikan.
2. Program Pemberdayaan Masyarakat (Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat PNPM) yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
meningkatkan kapasitas, kemandirian dan pemberdayaan masyarakat dalam proses
pembangunan.
3. Program
Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), yang dilaksanakan dengan
tujuan membantu usaha mikro dan kecil untuk meningkatkan kapasitas dan
memperluas usahanya agar kehidupan masyarakat miskin semakin stabil dan
pendapatan meningkat.
4. Program Pro
Rakyat yang dilaksanakan dengan tujuan melengkapi berbagai program dan kegiatan
yang telah dijalankan melalui 3 klaster program penanggulangan kemiskinan dan
membantu kebutuhan masyarakat yang berpenghasilan rendah dan termajinalkan.
Kemiskinan
dapat dibedakan menjadi tiga pengertian: kemiskinan absolut, kemiskinan relatif
dan kemiskinan kultural. Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila
hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup minimum: pangan, sandang, kesehatan, papan,
pendidikan.
Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya. Sedang miskin kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya.
Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya. Sedang miskin kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya.
B.
Indikator-indikator
Kemiskinan
Untuk menuju
solusi kemiskinan penting bagi kita untuk menelusuri secara detail
indikator-indikator kemiskinan tersebut.
Adapun indikator-indikator
kemiskinan sebagaimana di kutip dari Badan Pusat Statistika, antara lain sebagi
berikut:
1.
Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi
dasar (sandang, pangan dan papan).
2.
Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup
dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi).
3.
Tidak adanya jaminan masa depan
(karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan keluarga).
4.
Kerentanan terhadap goncangan yang
bersifat individual maupun massa.
5.
Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya
sumber daya alam.
6.
Kurangnya apresiasi dalam kegiatan
sosial masyarakat.
7.
Tidak adanya akses dalam lapangan
kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan.
8.
Ketidakmampuan untuk berusaha karena
cacat fisik maupun mental.
9.
Ketidakmampuan dan
ketidaktergantungan sosial (anak-anak terlantar, wanita korban kekerasan rumah
tangga, janda miskin, kelompok marginal dan terpencil).
Di bawah ini
beberapa penyebab kemiskinan menurut pendapat Karimah Kuraiyyim. Yang antara
lain adalah:
1. Merosotnya standar perkembangan pendapatan
per-kapita secara global.
Yang penting digarisbawahi di sini adalah bahwa standar pendapatan per-kapita bergerak seimbang dengan produktivitas yang ada pada suatu sistem. Jikalau produktivitas berangsur meningkat maka pendapatan per-kapita pun akan naik. Begitu pula sebaliknya, seandainya produktivitas menyusut maka pendapatan per-kapita akan turun beriringan.
Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi kemerosotan standar perkembangan pendapatan per-kapita:
a) Naiknya standar perkembangan suatu daerah.
b) Politik ekonomi yang tidak sehat.
c) Faktor-faktor luar negeri, diantaranya:
Rusaknya syarat-syarat perdagangan -
Beban hutang -
Kurangnya bantuan luar negeri, dan -
Perang
Yang penting digarisbawahi di sini adalah bahwa standar pendapatan per-kapita bergerak seimbang dengan produktivitas yang ada pada suatu sistem. Jikalau produktivitas berangsur meningkat maka pendapatan per-kapita pun akan naik. Begitu pula sebaliknya, seandainya produktivitas menyusut maka pendapatan per-kapita akan turun beriringan.
Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi kemerosotan standar perkembangan pendapatan per-kapita:
a) Naiknya standar perkembangan suatu daerah.
b) Politik ekonomi yang tidak sehat.
c) Faktor-faktor luar negeri, diantaranya:
Rusaknya syarat-syarat perdagangan -
Beban hutang -
Kurangnya bantuan luar negeri, dan -
Perang
2. Menurunnya etos kerja dan produktivitas
masyarakat.
Terlihat
jelas faktor ini sangat urgen dalam pengaruhnya terhadap kemiskinan. Oleh
karena itu, untuk menaikkan etos kerja dan produktivitas masyarakat harus
didukung dengan SDA dan SDM yang bagus, serta jaminan kesehatan dan pendidikan
yang bisa dipertanggungjawabkan dengan maksimal.
3. Biaya kehidupan yang tinggi.
Melonjak tingginya biaya kehidupan
di suatu daerah adalah sebagai akibat dari tidak adanya keseimbangan pendapatan
atau gaji masyarakat. Tentunya kemiskinan adalah konsekuensi logis dari realita
di atas. Hal ini bisa disebabkan oleh karena kurangnya tenaga kerja ahli,
lemahnya peranan wanita di depan publik dan banyaknya pengangguran.
4. Pembagian
subsidi in come pemerintah yang kurang merata.
Hal ini
selain menyulitkan akan terpenuhinya kebutuhan pokok dan jaminan keamanan untuk
para warga miskin, juga secara tidak langsung mematikan sumber pemasukan warga.
Bahkan di sisi lain rakyat miskin masih terbebani oleh pajak negara.
Upaya
penanggulangan kemiskinan Indonesia telah dilakukan dan menempatkan
penanggulangan kemiskinan sebagai prioritas utama kebijakan pembangunan
nasional. Kebijakan kemiskinan merupakan prioritas Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) 2004-2009 dan dijabarkan lebih rinci dalam Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) setiap tahun serta digunakan sebagai acuan bagi kementrian,
lembaga dan pemerintah daerah dalam pelaksanaan pembangunan tahunan.
Sebagai
wujud gerakan bersama dalam mengatasi kemiskinan dan mencapai Tujuan
pembangunan Milenium, Strategi Nasional Pembangunan Kemiskinan (SPNK) telah
disusun melalui proses partisipatif dengan melibatkan seluruh stakeholders
pembangunan di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar